tobasatu | Joko Widodo mengusung sembilan program atau yang disebut Nawa Cita sebagai bahan jualan dalam kampanye saat Pilpres 2014 lalu. Karena Nawa Cita itu menjadi agenda utama pembangunan kalau Jokowi menjadi
Presiden RI.
Sekarang setelah resmi memimpin negeri ini, Jokowi semakin jauh dari apa yang dia kampanyekan tersebut. terlebih, dia menggandeng Proton untuk membangkitkan mobil nasional.
BACA JUGA:
Demikian disampaikan ekonom dari Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam keterangannya kepada pers, Sabtu (7/2/2015).
Apalagi, di awal kemunculan Jokowi di panggung nasional saat menjadi Walikota Solo, dia berkomitmen mendorong industri otomotif nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahkan mampu melakukan ekspansi ke dunia international, dengan menawarkan Mobil Esemka.
“Terang sekarang semua adalah tipu muslihat propoganda dan pencitraan,” tegas Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini.
Kalau menggandeng perusahaan pelat merah Malaysia tersebut, dia mempertanyakan, apa beda Jokowi dengan Tommy Soeharto yang menggandeng pabrikan Asal korea Selatan yakni KIA terkait mobil Timor.
Tak hanya itu, tidak ada alasan strategis bagi kepentingan ekonomi nasional ketika menjadikan Proton sebagai mobil nasional.
Menurutnya, kalau pun toh harus menggandeng pabrikan dari luar negeri, lebih banyak yang lebih bagus dan pantas dibandingkan Proton, yang sekarang sedang mengalami penurunan pangsa pasar lebih 40 persen di dalam negeri mereka sendiri sehingga berusaha mencari pangsa pasar lebih luas dan dekat yakni Indonesia.
“Terlepas dari argumentasi ekonomi, saya kira ketika Proton digandeng sempurna sudah ‘stigma’ rendah Malaysia terhadap Indonesia, seperti dalam kasus iklan sebuah mesin pembersih di Malaysia beberapa waktu yang lalu,” demikian Dahnil. (ts-04)