TURIN – tobasatu | Jelang leg pertama babak 16 besar Liga Champions, Andrea Pirlo terbawa kenangan masa lampau, tepatnya ketika mesti gigit jari di final Liga Champions 2005 di Istanbul, Turki.
Pirlo yang kini berseragam Bianconeri, julukan Juventus, memang baru akan mentas pekan depan, tepatnya 25 Februari 2015 dengan meladeni wakil Bundesliga, Borussia Dortmund.
Tapi pengalaman tak terlupakan saat kalah adu penalti dari Liverpool di final 2005 itu, sudah mulai menyesaki benak Pirlo saat ini. Playmaker veteran itu mulai sangat percaya pada takdir, keajaiban aneh atau hal-hal gaib yang tak bisa dilawan bagaimanapun caranya.
Padahal saat itu AC Milan sudah unggul 3-0 di 45 menit pertama. Mereka pun siap sudah siap meraih trofi “si kuping besar” dengan menunggu 45 menit kedua untuk mereka selesaikan.
Tapi tanpa dinyana, The Reds mampu bangkit dan menyamakan skor 3-3, hingga memaksa laga ditentukan lewat perpanjangan waktu dan adu penalti. Pengalaman aneh nan ajaib itu bahkan diakui Pirlo, hampir membuatnya memilih gantung sepatu.
“Malam itu (Final 2005) saya belajar bahwa takdir dalam sepakbola bisa sangat ganjil. Tak hanya mereka menyamakan skor dari defisit 3-0 dalam tujuh menit, tapi (Kiper Liverpool, Jerzy) Dudek mementahkan tendangan pembunuh dari (Andriy) Shevchenko di kotak penalti dengan mata tertutup,” kenang Pirlo.
“Ada beberapa hal yang tak bisa Anda lawan. Setelah pertandingan, saya merasa seperti ingin pensiun dari sepakbola,” lanjutnya kepada ABC, Selasa (17/2).
Namun pemain gaek berjuluk Il Metronomo itu mengurungkan niatnya untuk tutup karier. Dua tahun berselang, Pirlo bersama Rossoneri menebus kegagalan mereka dengan kembali mengangkat trofi Liga Champions.
“Untungnya, dua tahun kemudian (mahkota) olahraga yang diberkati ini kembali pada kami di Athena, menebus apa yang dicuri dari kami di Istanbul. Memenangi Liga Champions kedua dalam karier saya sangat spesial,” tutup Pirlo. (ts-01)