Derita Pengungsi Sinabung Di Siosar

1 views
Warga Desa Bakerah ketika diwawancarai Ketua PC LSM KCBI Kabupaten Karo Rudi Surbakti (pakai topi) beserta Tim, kemarin di Relokasi Pengungsi Sinabung Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo. (Foto : Tobasatu.com/Beng/Dedek)

tobasatu, Tanah Karo | Pasca penyerahan kunci rumah siap huni, kepada 50 KK warga pengungsi sinabung asal Desa Bakerah yang direlokasi ke Siosar, Kecamatan Merek, menuai cerita pahit.

Pasalnya, warga yang telah direlokasi menderita kelaparan karena tidak ada bantuan dan aktivitas yang menjadi sumber kehidupan mereka. Faktanya, Minggu (24/5/2015), ketika tim LSM KCBI Kabupaten Karo, menyambangi ke lokasi tersebut. Warga mengaku sudah beberapa hari tidak makan.

“Kami sudah melarat di sini bang, karena beras yang dijanjikan kepala BPBD untuk bekal kami tidak terealisasi. Ngapain kami di sini, kalo hanya menahan derita berkepanjangan,” ujar Nande Nadia Br Perangin-Angin (43), Senin (25/5/2015).

Lanjutnya, dirinya juga mengaku bahwa apa yang dikatakan kepala BNPB Syamsul Ma`arif dan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya tidak menjadi kenyataan. “Menurut kepala BNPB, kami merupakan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sementara pernyataan Menhut bahwa pihaknya tidak akan mebiarkan para warga yang bakal direlokasi menderita. Tapi faktanya, semua terkesan motivasi sesaat agar kami bersedia menempati rumah yang telah disediakan tanpa ada perhatian khusus dari Pemerintah khususnya Pemkab Karo. Tidak sebatas bekal hidup, tapi kebutuhan anak-anak kami yang masih sekolah pun juga jadi beban pikiran,” ujarnya menangis.

Senada dengannya, Gemuk Sembiring (47) mengatakan, perlakuan Pemkab Karo khusunya Bupati Karo Terkelin Brahmana sudah sangat keji. Sebab, baru-baru ini pihaknya pernah menyarankan agar warga yang 50 KK mengikuti rapat di Siosar. Namun pada saat itu, ungkap Gemuk, satu harian warga yang disarankan ke Relokasi Siosar tidak diberi makan.

“Pada saat Menhut datang ke Siosar, kami disarankan Kepala BPBD Karo Subur Tambun agar naik ke Siosar, tapi mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB, kami dibiarkan kelaparan bersama anak-anak kami yang masih kecil. Saat kami kelaparan malam hari, untung saja ada oknum camat yang berbaik hati memberi nasi bungkus buat kami,” ujar Gemuk.

Lanjut Gemuk, bahwa 10 Kg Beras dan bantuan uang tunai kurang lebih Rp3 juta setelah mereka tinggal di Siosar merupakan janji janji muluk. “Jadi kami hidup di sini makan janji pemerintah saja bang, bila hal ini berlangsung terus, mungkin kami akan jadi ‘Begu Panasaran’ (hantu penasaran) di Siosar ini. Karena gimana pun kami pasti mati secara perlahan dengan perlakuan Pemkab ini,” ujarnya sedih.

Menanggapi fenomena warga di Siosar ini, Ketua PC LSM Kemilau Cahaya Bangsa Indonesia (KCBI) Kabupaten Karo Rudi Surbakti mengatakan, sikap Pemkab Karo khususnya Bupati Terkelin Brhamana SH sudah diibaratkan sekelompok ‘Pembunuh Berdarah Dingin’.

Karena investigasi yang dibentuknya, banyak hal-hal perlakuan Pihak Pemkab Karo yang tidak logika. Seperti masalah beras yang dijanjikan Kepala BPBD Karo, ketika ditelusurinya, bahwa Subur Tambun dengan enteng memberi argumen Stok tidak ada lagi.

“Ketika saya konfirmasi Subur Tambun selaku Kepala BPBD Karo tadi, dia memang mengakui bahwa dirinya pernah menjanjikan Beras tersebut. Namun, Subur berdalih tidak terealisasinya janji tersebut karena Stok sudah tidak ada. Padahal kita ketahui bersama, bahwa bantuan berupa barang dan uang tunai baru-baru ini sangat berlimpah,” katanya.

“Hal paling ironis, Pemkab Karo terlihat secara nyata membuat baliho-baliho besar berkaitan dengan jelang Pesta Budaya Mejuah-Juah. Itukan memerlukan anggaran besar. Jadi apa logika alasan Pemkab bahwa Stok habis. Dalam hal ini, kami dari LSM KCBI Kabupaten Karo agar Bupati Terkelin Brahmana SH mempertimbangkan kembali soal pesta Budaya Mejuah-Juah. Jangan sampai muncul image masyarakat bahwa Pesta tersebut merupakan azas ‘Pencitraan’ semata,” tegasnya.

Lanjut ketua yang lama berkecimpung di dunia Aktivis LSM kota Bandar Lampung tersebut, dirinya mengaku sangat mencitai budaya Karo namun beliau membuat pernyataan bahwa pihaknya lebih cinta terhadap keselamatan nyawa warga karo. “Saya memang sangat bangga dengan perencanaan Bupati Karo, tapi dalam situasi seperti ini alangkah eloknya Bupati memprioritaskan keselamatan warganya,” Ujarnya tegas. (ts-10)