Tahun 2014, 300 Kasus Pasien Sakit Jiwa Dipasung di Sumut

892
gangguan jiwa skizofrenia (tobasatu.com/Ilustrasi)

tobasatu, Medan | Kasus pemasungan terhadap pasien gangguan jiwa skizofrenia masih saja terjadi. Dengan alasan agar si penderita tidak melukai orang lain, maka cara itu (pasung) pun dilakukan. Skizofrenia dipahami masyarakat sebagai kelainan mental yang harus dijauhi. Maka tak heran jika pasien gangguan jiwa malah dipasung, bukan malah diobati.

Padahal, bila ditangani dengan cepat, pasien bisa sembuh total dalam waktu 1 tahun 2 bulan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Perhimpuanan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Cabang Sumatera Utara (PDSKJI Sumut), dr Mustafa Sp. K.J.(K) kepada wartawan usai membuka kegiatan Simposium Hari Skizofrenia Sedunia di Medan, Jumat (29/5).

Diungkapkan Mustafa, kasus pemasungan di Sumut pada tahun 2014 juga cukup tinggi, mencapai 300 kasus, dan hanya 127 kasus yang mampu dibebaskan. “Kasusnya ada sekitar 300 kasus, dan hanya 124 yang sudah dibebaskan namun beberapa ada yang balik lagi memasung karena tidak rutin dan serius dalam pengobatan. Ini yang disayangkan,” katanya.

Djelaskanya lebih lanjut, kasus tersebut diantaranya ada di Dolok Sanggul, Siantar, Samosir dan lainnya. “Pasien ini dapat disembuhkan, sekarang juga sudah gampang karena sudah tersedia obat-obat bagus ditanggung BPJS. Sayangnya, setelah dapat obat, pasiennya gak kembali lagi, akhirnya kambuh lagi dan saat kita cek ke sana ternyata kembali dipasung.” ujarnya.

“Kalau sudah sering kambuh, pengobatannya bisa seumur hidup. Artinya pasiennya konsumsi obat seumur hidup,” katanya. Pasien skizofrenia, diakuinya memang cenderung suka melukai diri bahkan bisa melukai orang lain bila gelisah, untuk itu, ia berharap keluarga pasien dapat menjaganya dengan terus memberikan obat.

“Ada obat yang bisa mengatasi itu, sekarang obat sudah tersedia. Pasien ini diakibatkan adanya gangguan pada fungsi syaraf,” katanya. Sementara itu, Ketua Panitia Simposium, dr Vita Camellia Sp. K.J. mengatakan, kegiatan itu diikuti oleh dokter umum, dokter spesialis, mahasiswa jurusan psychiatric di Medan. “Kami berharap mereka yang menjadi peserta dapat menyebarkan infomasi ini, tidak perlu memasung tapi diobati. Ini juga diadakan untuk meningkatkan kesadaran bagi praktisi kesehatan tentang penyakit ini dan pengobatannya yang tersedia di Indonesia,” katanya. (ts-11)