tobasatu.com, Medan | Mata uang Rupiah kembali menguat pada perdagangan, Jumat (9/10/2015). Di sesi penutupan perdagangan, Rupiah diperdagangkan di level 13.400-13.450. Posisi penguatan Rupiah ini membuat sejumlah eksportir di wilayah Sumatera Utara ataupun mereka yang memiliki US Dolar lebih memilih menjual uangnya dibandingkan dengan menyimpannya.
Banyak pelaku pasar yang terus melakukan jual uang Dollar seiring dengan masih terus bergulirnya ekspektasi positif terkait Rupiah baik itu dari sisi eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, pernyataan pejabat The FED yang kembali memutuskan bahwa The FED tidak akan buru-buru menaikkan suku bunga acuannya, direspon positif oleh sejumlah mata uang negara berkembang termasuk Rupiah.
BACA JUGA:
Pelemahan US Dolar ini tentunya disisi lain memberikan angin segar bagi para importir yang akan memanfaatkan kondisi ini untuk membeli US Dolar. Sehingga tren penguatan Rupiah menjadi tidak optimal karena justru dimanfaatkan untuk membeli US Dolar bagi sebagian para importir.
“Kondisi ini wajar saja, dan saya menilai penguatan ini akan memberikan plus minus bagi dunia usaha,” kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin dalam keterangan tertulisnya yang diterima tobasatu.com.
Saat ini, menurut Gunawan, penguatan Rupiah bukan hanya terdongkrak dengan aksi intervensi dari BI. Namun, pelaku pasar sepertinya tengah menyematkan ekspektasi positif terhadap kondisi perekonomian di masa yang akan datang sehingga persepsi bahwa Rupiah akan terus menunjukan tren penguatan.
“Nah, jika eksportir banyak melakukan jual melalui jasa perbankan, saya pikir hal ini wajar saja. Hasil ekspor mereka mungkin tidak akan banyak disimpan dan langsung dijual. Karena ekspektasi penguatan Rupiah kedepan nantinya,” bebernya.
Sementara bagi importir, lanjut Gunawan, memang tidak bisa menanti membeli US Dolar disaat harganya kembali terpuruk. Lain hal jika kebutuhannya mendesak.
Selain itu, transaksi nasabah bank yang menggunakan jasa treasury untuk kebutuhan valuta asing tentunya sulit ditemukan ada nasabah yang murni spekulan disitu. Karena pada umumnya nasabah bank selalu memiliki underlying transaksi, dan pada umumnya mereka hanya bertransaksi satu arah saja. Tidak melakukan jual beli untuk mata uang yang sama.
Ditengah kondisi saat ini, importir memang akan berpikir ulang jika menggunakan fasilitas hedging forward untuk membeli dimasa yang akan datang. Namun, bagi eksportir boleh memilih hedging forward jual dengan mempertimbangkan bahwa Rupiah masih berpeluang menguat nantinya.
“Ada nilai plus dari penguatan ini. Penguatan Rupiah akan membuat beban harga barang impor khususnya BBM menjadi lebih murah. Dan penguatan ini akan lebih banyak memberikan manfaat bagi perekonomian dibandingkan dengan pelemahan Rupiah,” sebutnya.
Akan tetapi, tambah Gunawan, yang perlu diwaspadai adalah bahwa penguatan Rupiah disisi lain akan memberikan dampak negatif terhadap peningkatan impor. (ts-04)