Remaja Ini Menderita Pembengkokan Tulang Belakang, Mohon Dibantu

3422

tobasatu.com, Medan | Malang nian nasib Frista Amelia Siregar. Remaja berusia 12 tahun ini tak dapat mengecap manisnya kehidupan karena menderita pembengkokan tulang belakang. Keluarganya yang berasal dari keluarga kurang mampu, mengharapkan uluran tangan dermawan untuk kesembuhan anak mereka.

Informasi diperoleh tobasatu.com, Senin (11/1/2015), Frista yang merupakan putri dari pasangan Ahmad Syahri Siregar (41) dan Aida Hariati (43) warga Jalan Balai Desa, Kel.Timbang Deli, Kec.Medan Amplas, mengalami pembengkokan/kemiringan tulang belakang atau Scoliosis pasca operasi jantung yang dijalaninya pada tahun 2009 lalu. Dari pemeriksaan media terakhir di tahun 2013 lalu, kemiringan tulang belakangan Frista sudah mencapai 90 derajat ke arah kanan.

Dari pemeriksaan itu, Frista diharuskan menjalani operasi secepatnya. Jika tidak, tulang belakang tersebut akan mendorong jantung dan paru-paru. Operasi pun disarankan untuk dilakukan di RS Fatmawati, Jakarta dengan biaya Rp110 juta.

Namun apa daya, kedua orang tua Frista tidak memiliki biaya sebesar itu. Hingga suatu hari, angin segar muncul dengan adanya kebijakan pemerintah mengeluarkan program BPJS Kesehatan. Ia pun langsung mendaftarkan keluarganya menjadi peserta BPJS pada tanggal 2 Januari 2014. Namun karena Frista baru saja menjalani operasi, rencana itu terpaksa ditunda.

Belum lama ini, Ahmad Syahri pun memeriksakan Frista ke RS Martha Friska di Medan. Berbekal hasil rontgen tulang belakang Frista, dokter di RS tersebut mengatakan kondisi Frista sudah memburuk. Posisi jantung dan paru-parunya sudah terhimpit. Operasi pun harus segera dilakukan. Apalagi tulang belakang yang membengkok itu sudah mulai menekan lambungnya, yang membuat Frista selalu mual saat makan.

Syukurnya, dengan menggunakan BPJS Kesehatan, operasi bisa dilakukan dengan biaya gratis. Tapi masalahnya, ada belasan skrup yang harus dipasang di tulang belakang Frista. Skrup-skrup inilah yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Satu skrup harganya berkisar Rp6 juta. Sementara Frista membutuhkan 18-20 skrup.

“Berapalah itu biayanya. Mana ada uang sebanyak itu,”ujar Ahmad Syahri yang merupakan pegawai program keluarga harapan (PKH) itu didampingi istrinya, Aida Hariati (43).

Jika tidak berhasil, operasi itu akan menyisakan dua kemungkinan terburuk, lumpuh atau meninggal dunia. Dokter mengatakan Scoliosis diakibatkan 80% tidak diketahui penyebabnya dan 20% diakibatkan benturan, tumor, dan trauma (kecelakaan).

Menurut Ahmad Syahri, Frista lahir dalam keadaan normal. Hingga ia berusia 4 tahun, setiap dimandikan tubuhnya membiru. Kedua orangtuanya berpikir mungkin karena kedinginan. Hingga waktu berlalu, Frista kerap jatuh lalu pingsan saat berjalan. Hingga suatu malam, Frista pingsan dalam waktu yang lebih lama daripada biasanya. Langsung saja Frista dibawa ke RS Permata Bunda dan RSUP Adam Malik. Di sana ia didiagnosa ada yang tidak beres di jantungnya. Ada kebocoran sebesar 12 mm dan 5 mm di sela katup jantungnya.

Tepatnya 18 Mei 2009, Frista mejalani operasi jantung di RS Harapan Kita di Jakarta. Operasi yang berlangsung 9 jam lamanya itu dinyatakan berhasil. Saat itu, Ahmad dibantu perobatannya oleh Ketua DPD RI perwakilan Sumut, Parlindungan Purba. Setahun pasca operasi, lengkungan tulang belakang Frista mulai terlihat, apalagi saat dia membungkuk.

“Waktu itu kami sangat berterima kasih sekali dengan pak Parlindungan Purba. Di yang ada sama saya mulai awal sampai akhir. Tapi setahun kemudian setelah operasi ada lengkungan di belakang badannya. Kami pikir itu karena operasi itu. Tapi makin lama makin bengkok dia, sampai sekarang,”ujar Ahmad Syahri sampai berlinangan air mata.

Kini ia benar-benar membutuhkan uluran tangan para dermawan untuk membawa anaknya pada kesembuhan. Rumah warisan kedua orangtuanya yang saat ini dtinggalinya pun akan menjadi taruhan. Berat memang, jika itu terjadi, nantinya ia dan keluarganya akan tinggal dimana. Namun apapun itu, untuk anak semua akan diperjuangkan. (ts-13)