tobasatu.com, Medan | Eksportir karet segera menetapkan pembatasan volume ekspor untuk menjaga harga tidak semakin anjlok dari sekarang sebesar USD1,07 per kilogram (kg) untuk pengapalan Februari 2016.
Kemarin, perwakilan dari negara-negara yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand menggelar rapat dengan agenda utama pengurangan volume ekspor atau disebut dengan Ageed Export Tonnage Scheme (AETS) di Bangkok-Thailand.
BACA JUGA:
Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengatakan, sejak pagi seluruh perwakilan ITRC sedang berkumpul di Bangkok. Agenda utamanya adalah pengurangan volume ekspor. Diharapkan ada satu kesepakatan yang baik untuk menjaga agar harga karet tidak semakin jatuh dari kondisi sekarang.
“Jika ada kesepakatan maka tahun ini merupakan AETS ke-4 dilaksanakan ITRC untuk menjaga harga karet. Mengenai berapa besar volume ekspor yang akan dikurangi tahun ini, belum bisa disampaikan karena harus menunggu hasil dari ITRC,” katanya di Medan, Kamis sore (28/1/2016).
Untuk menghadiri rapat ITRC ini, lanjut dia, Gapkindo secara nasional tidak perlu mengadakan pertemuan secara khusus untuk menentukan berapa besaran usulan volume ekspor yang akan dikurangi dari Indonesia. Seluruh keputusan diserahkan kepada Ketua Umum Gapkindo Pusat selaku perwakilan.
“Berapa yang Indonesia usulkan? Tidak ada pembicaraan khusus seperti itu. Kami serahkan semuanya ke perwakilan kesana. Sudah dipercayakan seperti itu. Lagipula tetap saja akan dibahas di sana berapa kesepakatan total volume dikurangi,” ucapnya.
Terakhir, ITRC menyepakati pengurangan volume ekspor pada Oktober 2012 selama enam bulan hingga Maret 2013. Dari kesepakatan tersebut, harga karet bisa terdongkrak hingga mencapai USD3,03 per kg dari sebelumnya turun hingga USD2,6 per kg. “Pertemuan tahun ini juga diharapkan bisa seperti 2012 yakni ada dampak terhadap harga karet,” ujarnya.
Ketika ditanyakan kenapa ITRC baru sekarang melakukan pengurangan volume ekspor padahal anjloknya harga sudah terjadi sejak dua tahun terakhir, Edy menjelaskan, selama ini permintaan karet juga sedang tidak bagus sehingga jika negara produsen utama melaksanakan pengurangan ekspor, tentu akan semakin menyulitkan industri dan petani tentunya.
“Dua tahun ini permintaan juga sedang turun jadi tidak mungkin lagi volume ekspor dikurangi. Namun setelah melihat perkembangan dunia dan proyeksi pertumbuhan dari negara-negara pengimpor pada tahun ini khususnya Tiongkok dan Amerika Serikat yang diperkirakan tidak memburuk, ITRC kembali berpikir untuk melakukan pengurangan (volume ekspor),” jelasnya. Berdasarkan data Gapkindo Sumut, total volume ekspor Sumut pada 2015 sebesar436.197 ton. Jumlah ini naik sedikit dibandingkan 2014 sebesar 451.457 ton. (ts-13)