Harga Karet Anjlok, Pemerintah Diminta Segera Turun Tangan

1549
Ilustrasi Petani Karet. (tobasatu.com/ist)

tobasatu.com | Kelompok Anak Petani Karet Indonesia (KAPKI) mengeluhkan anjloknya harga karet di Indonesia termasuk di Sumatera Utara.

Menurut Ginanda Siregar selaku aktivis KAPKI, sejak 4 tahun terakhir harga karet terus anjlok dari yang awalnya berkisar Rp15 ribu per kg, kini menjadi Rp4 ribu per kg. Dia berharap pemerintah segera turun tangan agar kondisi petani karet di Indonesia tidak terpuruk.

“Pak Jokowi, tolong jelaskan kenapa harga karet tidak meroket, tidak naik?” kata aktivis dari Kelompok Anak Petani Karet Indonesia (KAPKI) Ginanda Siregar, dalam keterangannya kepada tobasatu.com, Senin (1/2/2016).

KAPKI mencatat, tahun 2012 harga karet sempat mencapai Rp 15 ribu, turun menjadi Rp12 ribu – Rp 10 ribu di tahun 2013 dan 2014, turun lagi Rp8 ribu – Rp 5 ribu di tahun 2015, dan sekarang tahun 2016 anjlok lagi mencapai titik nadir menjadi Rp4 ribu bahkan Rp3 ribu.

Ginanda menjelaskan, masyarakat di pedesaan khususnya petani karet bertanya-tanya kenapa harga karet terus menurun. Padahal, para petani sudah berusaha getah karet yang dihasilkan berkualitas baik, seperti kering dan bersih.

Dia mempertanyakan sejumlah hal yang harusnya dijawab pemerintah terkait anjloknya harga karet, yakni apakah kualitas karet Indonesia kalah saing di pasar internasional, apakah ada permainan mafia karet, apakah karena melemahnya perekonomian internasional.

“Apakah ada pengaruh kegaduhan politik dan hukum nasional, apakah karena ketidakmampuan pemerintah mengelola karet hingga barang jadi, apakah paket-paket ekonomi yang diluncurkan tidak mujarab,” ujarnya.

Karena itu dia berharap kepada Presiden Jokowi melalui Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menko Martim dan Sumber Daya Rizal Ramli, agar secepatnya turun tangan mengatasi persoalan ini. Sebab akibat rendahnya harga karet saat ini, kehidupan petani karet menjadi sengsara, banyak anak petani yang berhenti dan terancam berhenti sekolah, dan merebaknya kriminal seperti pencurian di tengah-tengah masyarakat.

“Diketahui, Indonesia memiliki areal karet paling luas di dunia yakni 3,4 juta hektar dan merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua setelah Thailand (karena produksi industri karet nasional masih rendah). Sayangnya, sekitar 85 persen produksi karet dalam negeri masih diekspor dalam bentuk karet mentah dan sisanya untuk konsumsi dalam negeri,” sebutnya. (ts)