Balita Penderita Gizi Buruk di Medan Labuhan Ini Luput dari Pantauan Dinkes Medan

3 views
Anggota DPRD Sumut HM Nezar Djoeli ketika mengunjungi balita penderita gizi buruk di Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara. (tobasatu.com)

tobasatu.com, Medan | Anggota Komisi E DPRD Sumut HM Nezar Djoeli ST dan Ariwibowo mengunjungi Zahira, balita penderita gizi buruk di kawasan Medan Labuhan, Jumat (10/02/2017).

Balita yang tinggal di Lingkungan 23 Kelurahan Pekan Labuhan ini memiliki berat badan hanya 5,6 kg meski usianya sudah beranjak setahun. Kondisinya sangat memprihatinkan dan membutuhkan penanganan yang serius dari Dinas Kesehatan.

“Dari hasil kunjungan kita di lapangan, dari 113 penderita gizi buruk di Kota Medan dan urutan terbesar kedua di Sumut setelah Asahan, ternyata masih ada ditemui balita penderita gizi buruk yang rutin dibawa ke posyandu, tapi lama baru terdata sebagai penderita gizi buruk,” ujar Nezar Djoeli.

Kedua anggota dewan ini sempat berbincang-bincang dengan orangtua Zahira, yang menuturkan bahwa tidak terdatanya putrinya sebagai penderita gizi buruk, karena tidak ada pernyataan dari Posyandu tentang status anaknya, sehingga menimbulkan kekecewaan dari anggota legislatif atas tidak tertibnya administrasi di Posyandu.

“Mengapa bisa Zahira Husna lama terdata sebagai penderita gizi buruk dan  mendapat bantuan beras, susu dan roti dari pemerintah, sehingga sempat kondisi Zahira sangat memprihatinkan. Kita berharap Dinkes Medan cepat tanggap dan turun ke lapangan mendata masyarakat yang menderita gizi buruk,” katanya.

Selain mengunjungi balita penderita gizi buruk di daerah Pekan Labuhan, Nezar beserta Ari Wibowo juga mengunjungi balita penderita gizi buruk Kirani berusia 3,5 tahun dengan berat badan 8 Kg di kawasan Kampung Nelayan yang tempat tinggalnya tidak jauh dari Kantor Lurah Kampung Nelayan dan Puskesmas Pembantu Jalan Desa Nelayan Kota Medan.

“Kirana yang tinggal bersama neneknya kondisinya  sangat memprihatinkan. Kalau dilihat dari program-program Dinkes Medan yang luar biasa, ternyata berbanding terbalik dengan kenyataannya di lapangan. Terbukti masih banyak penderita gizi buruk yang butuh perhatian,” ujar Nezar sembari menambahkan dari 113 penderita gizi buruk di Medan, masih ada penderita yang lain belum terdata, sehingga dibutuhkan kerja-keras Dinkes proaktif memantau ke lapangan.

Berkaitan dengan itu, Nezar dan Ari Wibowo mengingatkan Dinkes jangan lengah melakukan investigasi maupun pendataan terhadap balita penderita gizi buruk, agar tidak lagi ditemukan kasus seperti Zahira dan Kirana, sehingga program Pemko Medan dalam menangani masalah gizi buruk dapat dituntaskan.

Nezar juga berharap agar hasil kunjungannya tersebut bisa menjadi contoh bagi Pemko Medan dan Pemprovsu untuk lebih rutin melakukan pendataan. Apalagi diketahui, 10 persen dari total anggaran diperuntukkan bagi kesehatan.

“Kita  berharap kepada Walikota Medan untuk memberikan teguran kepada Kadinkes Kota Medan, karena dinilai tidak cepat tanggap dalam penangan kasus gizi buruk di kota terbesar 3 di Indonesia ini. (ts-02).