tobasatu.com, Medan | Pemerintah Kota Medan dinilai perlu segera menyusun grand design sistem transportasi di daerah ini, guna mengatasi konflik antara pengemudi kendaraan umum yang merasa tersaingi denga masuknya transportasi berbasis aplikasi online.
Menurut Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan, solusi yang paling tepat untuk mengatasi konflik antara pengemudi becak bermotor dengan pengemudi taksi dan ojek online, adalah dengan merancang sistem transportasi publik komunal, bus maupun pilihan lain yang dapat mengangkut perpindahan manusia secara massal, sehingga jumlah kendaraan dapat disesuaikan dengan jumlah ruas jalan di Kota Medan
Sutrisno melihat konflik antara Parbetor dengan pengemudi transportasi online terjadi akibat Pemerintah Kota tidak memiliki grand design sistem transportasi di Kota Medan.
“Hal ini dapat dibuktikan ketika transportasi berbasis online hadir, Pemerintah Kota Medan tidak memiliki perangkat regulasi yang dapat digunakan untuk mengaturnya. Sehingga kehadirannya mendapat penolakan dari pihak pengelola transportasi publik lainnya,” tutur Sutrisno, Rabu (22/02/2017), menanggapi bentrok antara pengendara becak bermotor dengan pengemudi berbasis aplikasi online di Medan.
Hal ini menurut Sutrisno sangat ironi denga penghargaan di bidang tata kelola lalu lintas yang baru- baru ini diterima oleh Walikota Medan dari Menteri Perhubungan.
Politisi PDI Perjuangan itu lebih lanjut menyatakan konflik lanjutan antara pengemudi becak bermotor dengan pengemudi berbasis aplikasi online yang terjadi Rabu hari ini, terjadi karena pengemudi betor merasa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Walikota Medan saat menggelar aksi di depan Balaikota Medan pada Selasa (21/02/2017) kemarin.
Buntut ketidakpuasan itu, terjadi aksi saling sweeping yang mengakibatkan terjadinya perang terbuka, saling lempar bahkan ada yang dianiaya.
“Keadaan ini dapat berlanjut kepada konflik yang semakin meluas apabila Walikota Medan tidak segera memfasilitasi para pihak untuk duduk bersama,” ujarnya.
Anggota Komisi C DPRD Sumut itu menilai saat ini laju penambahan jumlah kendaraan bermotor tidak sebanding dengan laju penambahan ruas jalan. Sehingga pengguna jalan raya menghadapi frustrasi berkepanjangan.
Kondisi ini akan memicu berbagai persoalan diantara sesama pengguna jalan raya. Perkelahian antara pengemudi becak motor dengan pengemudi transportasi berbasis online menjadi bukti bahwa ada sistem kompetisi yang dianggap tidak fair dan tidak adil di jalan raya.
Tingginya angka pengangguran dan sempitnya lapangan kerja menurutnya juga mengakibatkan banyak warga yang memilih jalan pintas menjadi pengemudi angkutan kota, beca motor, taksi hingga angkutan umum berbasis online. (ts-02)