Hati-hati, Obesitas Bisa Menimbulkan Penyakit Ginjal Kronis

1119
dr Riri Andri Muzaty MKed (PD) saat menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan ginjal, dalam seminar kesehatan Peringatan Hari Ginjal Sedunia di Rumah Sakit USU Jalan Doktor Mansur Medan, Kamis (9/3/2017). (tobasatu.com).

tobasatu.com, Medan | Kegemukan atau obesitas ternyata bisa mendatangkan dampak yang serius. Bahkan penderita obesitas memiliki resiko untuk mengalami Penyakit Ginjal Kronis (PGK) sebesar 83 persen.

Demikian dikatakan dr Riri Andri Mutazy MKed (PD), dalam seminar kesehatan Peringatan Hari Ginjal Sedunia di Rumah Sakit USU Jalan Doktor Mansur Medan, Kamis (09/03/2017).

Mengutip data World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia), Riri menyebutkan bahwa saat ini 10 persen penduduk dunia mengalami Penjakit Ginjal Kronis (PGK).

Bahkan di Indonesia, penyakit ginjal menempati posisi 2 paling banyak diderita masyarakat  setelah penyakit jantung, untuk noninfeksi dimana salah satu faktor resiko terbesar adalah obesitas (kelebihan berat badan).

Menurut Riri, penyakit gagal ginjal ditandai dengan kegagalan fungsinya menyaring zat mana yang harus diserap dan yang harus dikeluarkan tubuh. Riri menjelaskan, untuk tahun ini, Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day) memusatkan perhatian pada kontribusi obesitas bagi penyakit ini. Penderita obesitas memiliki resiko untuk mengalami PGK sebesar 83%.

“Obesitas merupakan masalah penduduk seluruh dunia. Itu sebabnya peringatan tahun ini bicara tema tersebut,” tuturnya.

Obesitas, tambah dr Riri, merupakan faktor resiko penyakit diabetes, hipertensi dan penyakit jantung. Obesitas tidak saja bisa menyebabkan PGK dengan perantara diabetes dan hipertensi, tapi juga bisa secara langsung menyebabkan penyakit ginjal dikarenakan kelebihan berat badan bisa menambah beban kerja ginjal. Penurunan berat badan dan pencegahan diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung akan menurunkan resiko penyakit ginjal.

Munculnya obesitas bisa diakibatkan faktor genetik (sebesar 30%) atau pola hidup yang tidak seimbang.  Baik jam tidur, asupan makanan dan aktivitas fisik. Untuk pola makan, hindari makanan dan minuman cepat saji atau banyak garam, disarankan memperbanyak konsumsi buah. Di dalamnya terkandung serat yang bisa memperlancar pencernaan sehingga tidak memberatkan kerja ginjal adalam mengeluarkan racun dalam tubuh.

Selain itu, bisa mengonsumsi pisang sebab kaya kalori namun cepat membuat kenyang. Jadi minim kemungkinan menambah berat badan. Ditambah dengan konsumsi air minum secara teratur, minimal 8 gelas sehari. Air juga mampu merangsang organ dalam tubuh segar dan aktif.

Sedangkan dari keteraturan jam istirahat, syarat jumlah jam tidur yang baik tidak bisa disamakan bagi semua kalangan usia. Kebutuhan yang paling pas adalah jam tidur yang membuat nyenyak. “Untuk orang tua misalnya, mungkin merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan 8 jam sehari seperti yang banyak diberlakukan. Tidak masalah, yang  diutamakan adalah kualitas tidurnya,” imbuh Riri.

Setelah kedua hal di atas, menjaga aktivitas fisik perlu untuk melengkapi gaya hidup sehat. dr Tari Mediyanti SpKFR menuturkan, keseimbangan asupan makanan dan aktivitas fisik adalah penting. Namun, perlu diperhatikan, tidak semua aktivitas fisikmendukung kesehatan.

“Aktivitas fisik seperti olahraga, itu yang berperan besar mendukung kesehatan. Bedanya olahraga dan aktivitas fisik biasa adalah olahraga dilakukan teratur danterukur,” jelasnya. Keteraturan aktivitas olahraga dilihat berdasarkan aspek frekuensi, durasi, intensitas, jenis (meningkatkan stamina atau peregangan) dan jumlah. Jika ini dijalankan konsisten, bisa berdampak positif bagi tubuh.

Deteksi

Pendeteksian penyakit ginjal bisa diawali dengan tes urin. Langkah ini paling disarankan bagi penderita diabetes dan hipertensi. Walau tidak menutup kemungkinan, disarankan juga bagi masyarakat umum yang tidak memiliki riwayat kedua penyakit tersebut.

“Pendeteksian penyakit ini relatif mudah dan cepat, berbeda dengan kanker yang lebih mendalam. Jadi disarankan segera dilakukan,” ucap dr Riri. Dari hasil deteksi akan dilihat kandungan urin. Idealnya, yang keluar dari urin adalah racun. Sedangkan zat gula dan protein menetap dalam tubuh. Jadi ketika ada zat gula, protein, bahkan darah yang ikut keluar maka ini indikasi ginjal terganggu.

Acara ini dibuka dan turut dihadiri Direktur Utama RS USU dr. Azwan Hakmi Lubis, Direktur  Diklat, Penelitian dan Kerjasama dr Sake Juli Martina, SP.F.K, Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan  Dr dr Nazaruddin Umar, Sp.An,.KNA staf dokter dan beberapa pasien haemodialisis rumah sakit tersebut. Sebagai rangkaian kegiatan Hari Ginjal Sedunia, RS USU menggalakkan edukasi kesehatan ginjal dengan menyebarkan selebaran informasi peduli kesehatan ginjal sejak dini ke beberapa titik di sekitar kampus tersebut.

Saat memberi sambutan Dirut dr Azwan Hakmi Lubis mengingatkan para pasien dan keluarga pasien serta warga yang hadir untuk menjaga ginjalnya.  Selain itu, Dirut juga menyatakan, RS USU sangat terbuka untuk masukan dari warga. (ts-17)