BACA JUGA:
tobasatu.com, Medan | Pengadaan air bersih di Sumatera Utara membutuhkan dana yang tidak sedikit, mencapai triliunan rupiah. PDAM Tirtanadi yang merupakan badan usaha milik Pemprovsu misalnya, membutuhkan dana 1,8 triliun agar dapat mencukupi kebutuhan air bersih bagi pelanggannya.
Menurut Ketua Tim Penyesuaian Tarif Air PDAM Tirtanadi, Ir Zulkifli Lubis dana triliunan rupiah itu dibutuhkan untuk membiayai sejumlah proyek pengadaan air bersih yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Selain itu PDAM Tirtanadi juga akan membangun sejumlah proyek uprating yang tentunya menelan biaya ratusan miliar untuk menambah kapasistas air sesuai kebutuhan pelanggan secara keseluruhan, serta membeli bahan kimia seperti kapur dan klorin.
“Namun bagaimana bisa mendapatkan dana sebegitu besar dalam waktu singkat, darimana duitnya. Inilah yang akan dicari secara bertahap dan mungkin memakan waktu cukup lama,” kata Zulkifli pada acara Sambung Rasa perusahaan itu dengan pelanggan dalam rangka sosialisasi penyesuaian tarif baru air PDAM Tirtanadi di Aula Kantor Camat Medan Helvetia, Kamis (20/4/2017).
Untuk upaya memenuhi kebutuhan dana itu, PDAM Tirtanadi telah mengajukan permohonan anggaran diantaranya dari APBD Sumut melalui penyertaan modal yang pada tahun ini terealisasi sebesar Rp75 miliar, serta penyesuaian tarif baru yang mulai diberlakukan untuk pembayaran Mei 2017.
Namun besaran dana itu jika memungkinkan untuk terus terakomodasi sesuai target, juga belum bisa terpenuhi dalam waktu relatif singkat. Apalagi target dana segar yang diperoleh dari masyarakat melalui penyesuaian tarif air juga masih sekitar Rp23 Miliar untuk tahun ini.
Menurut dia dana yang terkumpul dari masyarakat itu di antaranya diperuntukkan sebagai biaya operasional agar perusahaan ini menjadi sehat. “Karena untuk biaya operasioal memang tidak disubsidi oleh APBD,” ucapnya.
Terjangkau
Meski demikian, kata Zulkifli kenaikan tarif diyakini tetap terjangkau masyarakat karena PDAM Tirtanadi dalam hal ini tetap mengedepankan prinsip berkeadilan.
“Tarif yang diberlakukan itukan berbeda untuk tiap kategori rumah tangga. Yang kaya harus mensubsidi yang miskin,” katanya.
Dia menyampaikan bahwa tarif yang diberlakukan PDAM Tiratanadi juga masih jauh lebih murah dari sejumlah daerah di Indonesia seperti Kota Malang (Jawa Timur), Palembang, Jakarta, Banjarmasin.
“Kota-kota tersebut masuk kualitas PDAM terbaik, bahkan untuk kota Malang itu terbaik se Asia,” kata Zulkifli didampingi para staf PDAM Tirtanadi di antaranya Kepala Divisi hubungan Pelanggan Tauhid Ichyar, Kepala Sekretaris Perusahaan Jumirin, serta Kacab Tirtanadi Helvetia.
Sebelumnya Tauhid Ichyar memaparkan sulitnya PDAM untuk maju karena instansi ini lebih mengedepankan social oriented daripada bisnis. “Tarif air PDAM itu sangat murah, karena memang selama ini jual rugi,” sebutnya.
Bahkan perusahaan ini telah beberapa tahun terimbas inflasi sejak 2013 hingga 2016 dengan total 23.11 persen. Masih ditambah kenaikan Upah Minimum Provinsi dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL).
“Namun PDAM Tirtanadi belum juga melakukan penyesuaian tarif, hingga akhirnya tidak tahan karena harus terus mensubsidi kebutuhan air pelanggan,” ucapnya.
Hadir pada sosialiasi itu dari akademisi Jauharis Lubis yang berharap Tirtanadi mampu lebih terbuka dan transparan. (ts-02)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.