tobasatu.com, Asahan | Masjid, sejatinya merupakan tempat ibadah bagi umat muslim. Masjid kerap didesain dan dibangun sedemikian rupa, indah dan megah. Sebab, selain berfungsi sebagai sarana, masjid diharapkan mampu memelihara kekhusyu’an dan kesucian dari seluruh kegiatan ibadah didalamnya.
Dari sudut pandang itu pula, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asahan membangun Masjid Agung Ahmad Bakrie, dilahan eks hak guna usaha (HGU) PT Bakrie Sumatera Plantation (BSP), di jalan Sudirman, Kelurahan Dadi Mulyo Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan.
BACA JUGA:
Kemegahan dan keindahan Masjid Agung Ahmad Bakrie seolah menjadi magnet, menarik masyarakat luar daerah untuk singgah. Pengguna jalan yang sedang bepergian menjadikan masjid sebagai tujuan wisata, selain menunaikan ibadah. Photo bersama, maupun selfie, menjadi pemandangan umum yang sering dijumpai.
Pengamalam itu seperti dirasakan keluarga Basran Samosir, warga Pekan Baru. Ia bersama isteri dan kedua anaknya singgah, untuk menunaikan shalat, sekaligus beristirahat menghilangkan penat setelah perjalanan dari Pekan Baru hendak menuju Medan.
“Kami memang merencanakan Shalat Ashar di sini (Masjid Agung Ahmad Bakrie). Tetangga saya pernah shalat di masjid ini dan menyarankan untuk singgah. Sebab masjidnya megah dan indah. Jadi selain ibadah, wisatanya juga dapat,” kata Basran saat ditemui tobasatu.com, Senin, (9/10/2017).
Basran mengaku kagum atas kemegahan dan keindahan bangunan Masjid Ahmad Bakrie tersebut. Selain itu, ia juga merasa memiliki ketenangan batin saat berada didalam masjid. “Saya kurang tahu kenapa. Tapi, hati saya merasa sejuk dan tenang didalam masjid. Disini saya bisa shalat dengan khusyu,” katanya.
Diketahui, proses pembangunan Masjid Agung Ahmad Bakrie Kisaran diawali dengan acara peletakan batu pertama, oleh Aburizal Bakrie, Kamis (9/5/2017).
Desain bangunan Masjid Ahmad Bakrie berbentuk empat segi simetris, dengan atap bertingkat dua. Sejumlah kubah menghiasi bagian atap. Pada bagian tengah, terdapat kubah besar sebagai kubah induk, yang dihiasi strip berwarna kuning keemasan seperti cincin.
Pada setiap sudut bangunan, berdiri tegak 4 menara yang menjulang tinggi dengan kubah kecil diatasnya, mengitari kubah induk. Selain itu, kubah berukuran kecil dapat dijumpai pada bagian atas setiap beranda mesjid.
Bangunan Masjid terdiri dari 3 lantai. Lantai satu digunakan sebagai tempat mengambil wudhu dan kamar mandi, serta kantor bagi pengurus badan kemakmuran masjid (BKM). Lantai dua dan lantai tiga merupakan bangunan utama masjid, yaitu sebagai tempat shalat dan kegiatan ibadah lain pada umumnya.
Di lantai dua, nuansa budaya Melayu terasa begitu kental. Di sekeliling tembok, berjejer jendela kayu seperti sisir dengan ventilasi udara berbentuk setengah lingkaran yang dihiasi dengan ukiran. Jendela dicat warna kuning, ciri khas warna budaya Melayu yang dipadukan dengan warna cokelat pekat.
Konsep melayu juga dapat dirasakan saat menaiki tangga dari lantai satu menuju lantai dua. Tangga yang cukup tinggi dan lebar mencerminkan bangunan rumah panggung, ciri khas rumah tempat tinggal masyarakat melayu.
Interior masjid dirancang bergaya minimalis dengan sedikit ornamen. Hiasan dan relief dapat dijumpai diatas mihrab. Sementara di bagian dalam kubah menjuntai lampu kristal besar yang memberi kesan anggun ruangan. Warna cat putih yang mendominasi seluruh bangunan dengan sedikit warna kuning keemasan, memeberikan kesan elegan.
Pelaksana tugas (Plt) Kadis Komunikasi dan Informasi Kabupaten Asahan Rahmar Hidayat Siregar menjelaskan, pembangunan Masjid Agung Ahmad Bakrie dilaksanakan masa kepemimpinan Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang dari 2011 hingga selesai pada 2015.
Masjid Agung Ahmad Bakrie merupakan wujudnya nyata Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asahan dalam mewujudkan salah satu visi dan misi Kabupaten Asahan, yaitu, “Terwujudnya Asahan yang religius”. (ts-20)