Menyusuri Indahnya Benteng dan Kawasan Lamuri di Banda Aceh

5 views
Benteng Indrapatra merupakan peninggalan kerajaan Hindu di Aceh. (tobasatu.com/Bobby T Lesmana)

tobasatu.com, Aceh Besar | Banda Aceh memiliki sejumlah objek wisata budaya dan alam khususnya di Kabupaten Aceh Besar.

Pada Minggu (25/3/2018) kemarin, tobasatu.com berkesempatan menikmati sejumlah objek wisata di Aceh Besar, yang diawali dengan menyusuri wilayah timur laut Banda Aceh yaitu arah ke Pelabuhan Malahayati yang merupakan pelabuhan industri dan cargo terbesar di Provinsi Aceh.

Setelah sarapan di kawasan Ulee Kareeng yang terkenal akan kopi saringnya, tobasatu mengambil rute sepanjang Krueng Raya yang teduh berlatar belakang sawah menguning menuju arah ke Universitas Darussalam di Syiah Kuala.

Lobang Indraparta di Benteng Indraparta. Letak benteng ini sangat strategis menghadap ke Selat Melaka. (tobasatu.com/T Bobby Lesmana)

Objek wisata yang pertama adalah Benteng Indrapatra bekas peninggalan kerajaan Hindu di Aceh. Benteng yang dipakai oleh berbagai penguasa ini mulai dari Kerajaan Lamuri (Lamreh), Kesultanan Aceh, kolonialisme Belanda hingga Imperium Jepang pada Perang Dunia kedua. Menjelang masuk, pengunjung dikenakan retribusi sebesar lima ribu rupiah oleh penjaga yang ada di gerbang masuk.

Sumur air tawar ini terdapat di dalam Benteng Indrapatra. (tobasatu.com/T Bobby Lesmana)

Letak benteng ini sangat strategis menghadap ke Selat Melaka. Adapun jarak dari Benteng ini ke Kota Banda Aceh sekitar 40 kilometer dengan waktu tempuh satu jam dengan berkendara kecepatan sedang. Benteng ini sejatinya terdiri dari tiga buah benteng persegi empat, satu buah yang terbesar serta dua benteng yang tidak terlalu besar pada sisi kanan dan kirinya.

Pada setiap benteng tersedia sumur –sumur air tawar yang cukup jernih. Susunan batu dari benteng ini merupakan batu dari bebatuan gunung yang ada di belakang benteng ini.

Selanjutnya tak sampai lima kilometer dari benteng ini, wisatawan dapat melangkahkan kaki  ke Benteng Iskandar Muda di dekat pelabuhan Malahayati. Berbeda dengan Benteng Indrapatra, benteng ini lebih kecil dan kurang terawat.

Pasir Putih ini berada tak jauh dari Benteng Indrapatra. (tobasatu.com)

Benteng ini memang lebih muda usianya sebab dibangun pada masa berkuasanya Sultan Iskandar Muda yang tersohor namanya karena pernah menguasai seluruh Aceh dan sepanjang pantai Sumatra dan beberapa wilayah di Semenanjung Melayu. Udara panas dan bau dari kotoran ternak yang berkeliaran bebas di kawasan ini membuat kita tidak berlama-lama dan memutuskan bergerak ke tujuan berikutnya.

Objek wisata selanjutnya, adalah Benteng Inong Balee (Benteng tentara wanita para janda yang suaminya tewas di pertempuran). Benteng ini lokasinya berada di atas lereng bukit dengan perukaan benteng menghadap laut.

Berbeda dengan kedua situs benteng sebelumnya, benteng ini kurang terawat dan akses jalan disini sungguh buruk, atau kata lain bagi para biker adalah Dirt Road dengan jalan berbatu besar dan tak beraspal.

Tebing di dekat Pelabuhan Malahayati. 9tobasatu.com/T Bobby Lesmana)

Namun di bawah benteng ini terhampar sebuah pantai karang yang tersembunyi dalam teluk dengan panorama pelabuhan Malahayati. Sungguh jernih air disini, bahkan ikan karang berenang kesana kemari pun terlihat dari tepi pantai yang merupakan tumpukan karang yang mati.

Destinasi  lainnya yang bisa dikunjungi wisatawan adalah Pasir Putih di Bukit Soeharto Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jalan menuju ke lokasi ini tergolong sunyi, sehingga kendaraan relatif jarang berselisih, di jalan yang baru diaspal tahun 2017 ini.

Pasir Putih di Desa Lamreh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar ini merupakan tujuan wisata bagi beberapa keluarga dan muda-mudi disini. Disepanjang pantai terbentengi oleh jajaran hutan pohon cemara dan bibit pohon bakau. (Tengku Bobby Lesmana)