tobasatu.com, Medan | Rumah Kolaborasi Medan Berkah kembali mengapresiasi karya anak milenial. Jumat (24/7/2020) malam, Panggung Apresiasi diisi dengan pemutaran film berjudul Garwo.
Dengan durasi hanya 14 menit, film yang diciptakan Jogja Film Academy & Arank Project ini, mampu membuat kagum penonton Panggung Apresiasi. Alur cerita yang sederhana dan singkat, ternyata mampu membuat penonton tertawa dan terharu, dengan akhir yang tidak terduga.
BACA JUGA:
Usai pemutaran, Art Director film Garwo, Muhammad Firmansyah didaulat tampil ke depan panggung. Anak Medan yang berkuliah di Yogyakarta inipun menceritakan proses produksi film yang dibuat pada tahun 2018 ini.
“Ada banyak anak Medan yang terlibat dalam pembuatan film ini. Bercerita tentang suami setelah 40 hari kematian istrinya, masih terbayang-bayang akan kehadiran istri. Melalui film ini, kita ingin semuanya sadar, baik tua maupun muda, akan susah melupakan orang yang kita cintai,” tuturnya.
Tak main-main, film yang dimotori Muhammad Bagas Satrio asal Jakarta ini, mendapatkan banyak penghargaan. Diantaranya, Bandung Shot Film Festival 2018, Cinecussion 2018, Festival Film Lampung 2019 juga penghargaan internasional Lift of Global Network 2019.
Dalam kesempatan ini, Firmansyah juga menceritakan sulitnya berkarya di Medan. Karena menurut Firman, dukungan pemerintah sangat kurang. “Sebagai filmmaker kita ingin karya kita ditonton orang banyak. Di Yogya, ada aturan yang dibuat untuk membuat film. Dimana saja bisa kita buat, bahkan pemakaian tempat bisa gratis. Di Medan, premanisme banyak, sehingga menyulitkan dalam proses produksi. Padahal membuat film tentang kearifan local Medan. Bahkan untuk bikin Instagram atau youtube saja kena ‘palak’,” beber Firman.
Firman juga mengungkapkan banyak anak Medan yang kuliah di luar malas kembali berkarya di Medan. Karena mengaku kesulitan membuat film di Medan.
“Padahal banyak tema kearifan lokal Medan yang bisa diangkat menjadi film. Jika kendala ini bisa diselesaikan Bang Bobby saat menjadi Walikota Medan, industri perfilman bisa hidup kembali di Medan,” tuturnya.
Lantaran menurut dia, di tahun 1950-1980, Kota Medan sempat terkenal sebagai kota yang diperhitungkan dalam ajang perfilman nasional.
Selain pemutaran film, disuguhkan juga penampilan senandung-senandung Melayu Mandailing oleh relawan Bimantara. Tak ketinggalan, hadir juga Yohana Putri, fans Bobby Nasution yang menyanyikan lagu berjudul ‘Bang Bobby Nasution’. Lebah Begantong, sebagai motor kegiatan tak mau kalah dengan penampilan lagu-lagu Mandailingnya.
Sebelumnya, Direktur Rumah Kolaborasi, Dedi Ardiansyah mengungkapkan, panggung apresiasi dihadirkan sebagai tempat warga Medan berekspresi.
Pemutaran film Garwo ini, juga merupakan bukti komitmen bakal calon Walikota Medan, Bobby Nasution dalam mengembangkan industri perfilman. Apalagi, dalam pembuatan film Garwo terdapat kolaborasi antara sineas Kota Medan, Jakarta, dan Yogyakarta. (ts05)