BACA JUGA:
tobasatu.com, Medan | Permasalahan stunting atau malnutrisi di Kepulauan Nias masih mengkhawatirkan.
Seorang guru di Nias Barat, Idam Waruwu mengungkapkan bahwa mayoritas anak di sekolahnya menemui kesulitan menyerap pelajaran. Hal itu juga berlaku di sekolah lain di Kepulauan Nias.
Itu terungkap ketika Tim Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia (YCPSI) melanjutkan intervensi penanganan stunting di Kepulauan Nias yakni di Nias Barat, Nias Selatan, dan Kabupaten Nias melalui dua edukator handal; Fotarisman Zaluchu, PhD dan dr. Putri C Eyanoer, PhD pada 22-24 Juli.
Pada sesi penjelasan, Fotarisman mengundang salah seorang guru di wilayah tersebut, Idam Waruwu untuk menjelaskan kondisi yang dihadapinya di sekolah-sekolah.
“Anak-anak sulit menerima pelajaran, meskipun sudah disampaikan berkali-kali,” kata Idam di sesi itu.
Fotarisman mengatakan bahwa hal tersebut kemungkinan besar berkaitan dengan malnutrisi atau stunting yang masih tinggi di daerah ini.
Pada pertemuan tersebut, YCPSI yang berfokus pada intervensi penurunan stunting di Indonesia, menurunkan Tim edukator untuk mengedukasi warga kepulauan tersebut. Di sini, Tim memberikan penjelasan menggunakan buku yang ditulis oleh Dr. Cashtry Meher berjudul Ayo Kita Melawan Stunting yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Nias berjudul: Da ta uduni wa’akõ-õfõ.
Kegiatan ini merupakan program berkelanjutan. Ini merupakan kegiatan kedua lanjutan setelah sebelumnya Tim CPSI terdiri dari dokter, dosen, guru besar, dan pemerhati kesehatan turun ke Nias mengedukasi warga dan membagikan buku-buku tersebut pada 30 Juni hingga 2 Juli.
Kegiatan kali ini antara lain mengedukasi ibu hamil, ibu balita, berikut para suami agar memahami dengan benar bagaimana cara merawat anak sejak dalam kandungan.
Pertemuan di Kabupaten Nias Barat dilaksanakan di Gereja Jemaat Tuwuna, Resort 23 BNKP, Kecamatan Mandrehe. Acara ini diikuti oleh 100 peserta. “Mereka antusias mendengarkan materi edukasi. Adapun materi kali ini adalah pendalaman tentang stunting,” ujar Fotarisman, Rabu (3/8/2022).
Pada kesempatan itu, Fotarisman yang merupakan putra daerah setempat dan fasih Berbahasa Nias, menerangkan tanda-tanda stunting dan dampaknya pada sekolah anak.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, dr. Putri menjelaskan tentang pentingnya ASI bagi tumbuh kembang anak.
“Dalam wawancara dengan masyarakat, kami menemukan masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif. Ketidaktahuan masyarakat terjadi karena ketidakpahaman mengenai perkembangan balita,” ujarnya.
Dokter Putri juga menjelaskan bahwa ASI harus benar-benar diperhatikan kualitasnya melalui praktik konsumsi makanan bergizi oleh ibu menyusui.
Mengentas Stunting dengan Pendekatan Budaya Lokal
Pada setiap sesi pertemuan yang berlangsung sekitar 1,5 jam, masyarakat setempat dapat menerima pembelajaran dan bergembira karena penyampaian materi menggunakan lagu dan tarian maena. Sambil menari mereka bernyanyi dengan syair yang telah digubah menggunakan pesan-pesan stunting.
Isi lagu yang dinyanyikan berkisar pada pentingnya pencegahan stunting dan makanan bergizi pada ibu hamil.
Pengetahuan stunting berisi pesan-pesan penting, diantaranya agar memakan makanan bergizi dan mencegah stunting telah digubah melalui syair maena yang diciptakan oleh Dr. dr. Cashtry Meher, Fotarisman Zaluchu, PhD dan Dr Putri C Eyanoer, PhD.
Tim YCPSI merencanakan syair-syair seperti ini akan terus menerus diajarkan karena maena adalah tarian lokal yang sudah sangat membudaya di Kepulauan Nias. “Sehingga efeknya diharapkan akan tertular dengan mudah kepada masyarakat di luar lokasi pelatihan,”.
Progam YCPSI seputar mengedukasi melalui pendekatan sosial budaya, khususnya di lokasi-lokasi yang menjadi sasaran kegiatan bekerjasama dengan Komisi Diakonia Gereja BNKP (Banua Niha Keriso Protestan).
Pertemuan di Nias Selatan berlokasi di Balai Pertemuan Resort 6 BNKP, Kecamatan Lahusa, Sabtu (23/7/22).
Dengan program ini, peserta merasa senang karena bukan hanya mendapatkan materi, tetapi juga disampaikan dengan menarik dan dilengkapi dengan buku berbahasa Nias yang sangat mudah dimengerti.
Peserta juga merasakan kegembiraan karena materi pelatihan pun disampaikan dengan pesan dalam tarian maena.
Dalam kesempatan itu, Tim juga menggunakan ilustrasi lokal dan pendekatan pendidikan menggunakan permainan. Dalam permainan atau nyanyian, pesan tersampaikan bahwa stunting akan berdampak permanen karena perkembangan otak anak umumnya sudah berhenti pada usia anak lima tahun. “Karena itu peserta diharapkan bersungguh-sungguh mengelola kesehatan anak sejak dalam kandungan” ujar dr. Putri.
Ama Enos Ndruru, seorang suami yang hadir di Resort 6 BNKP Lahusa menyampaikan kegembiraannya mengikuti kegiatan ini. Ia sangat gembira karena pelatihan ini membuka pandangannya mengenai bagaimana seharusnya suami membantu istri. Dan, tidak mengganggap pekerjaan tersebut menjatuhkan harga diri sebagaimana persepsi banyak suami di Kepulauan Nias.
Ina Agnes, seorang ibu yang mengikuti pelatihan berkomitmen bahwa ia akan mempraktikkan cara makan yang lebih sehat dengan makan makanan yang tinggi kandungan proteinnya.
Kegiatan di sini diikuti 50 peserta. Edukator dan warga dapat membaur melalui pendekatan budaya setempat.
Berbagai persepsi lokal mengenai kehamilan, persalinan dan ketika anak masih balita digali melalui FGD (Focus Group Discussion). Dalam FGD tersebut, banyak fakta yang memprihatinkan terungkap.
“Kami menemukan masih banyak praktik yang salah mengenai pemberian makanan sebelum balita berusia enam bulan, ada keengganan mengikuti imunisasi, dan praktik makan yang salah,” kata dr.Putri.
Ketua Umum YCPSI, Dr dr Cashtry mengungkapkan rasa bangga karena Tim bisa menemukan cara untuk masuk ke level ‘akar rumput’ dalam mengentas stunting di Kepulauan Nias.
“Bangga melihat progress yang kita pakai melalui pendekatan budaya, bisa menyentuh berbagai lapisan masyarakat hingga di tingkat tapak,” katanya.
Pada 26 Juli, Pemerintah Kabupaten Nias Selatan melakukan Rembuk Aksi Percepatan Penurunan Stunting dan MoU pengentasan stunting di Kabupaten Nias Selatan mengundang OPD dan berbagai pihak terkait, termasuk Tim YCPSI yang diwakili Ketua Sumut M. Indrawardy Hadiguna.
Pada 2022, YCPSI mengagendakan empat pertemuan dari dua yang telah terlaksana di Juli dan Agustus.
Ke depan, YCPSI akan terus melakukan intervensi di seluruh kepualaun Nias, sebagai pilot project untuk diterapkan di Sumatra Utara, dan Indonesia. (ts-02)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.