Oleh : Puput Julianti Damanik
Siang itu, Selasa 22 Oktober 2024, di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang terasa sangat panas. Teriknya sinar matahari, bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang, debu yang berterbangan justru menegaskan cuaca bersahabat untuk membuka Inklusi Coffee.
Muhammad Yasir pun bergegas. Usai menyelesaikan tugasnya bersih-bersih dan membantu unit tata usaha di SLB Negeri Pembina Tamiang, Ia beranjak ke Inklusi Coffee. Jarak 3,6 kilometer ditempuh pria kelahiran 2 Desember 1993 ini dengan menggunakan motor beat hitam yang dibeli dari hasil kerja kerasnya dibantu Ibu dan kakaknya.
Hari itu Inklusi Coffee buka Pukul 14.00 WIB lebih cepat dari biasanya pukul 16.00 WIB karena ada kami, Tobasatu.com yang datang dari Medan.
Usai memarkirkan motornya, Yasir bergegas membuka folding gate Inklusi Coffee dibantu managernya. Kopi shop ini punya desain yang sangat menarik, nyaman dan estetik dengan tenda membrane putih di area outdoor halaman depan. Karena cuaca masih panas, kami memilih untuk duduk di area indoor yang ber-AC.
Inklusi Coffee bersebelah dengan bengkel dan doorsmeer difabel, keduanya merupakan unit usaha di bawah Rumah Kreatif Tamiang. Selain desain bangunannya yang menarik, Inklusi Coffee bahkan semua area Rumah Kreatif Tamiang didesain ramah dengan penyandang disabilitas.
Terlihat ada jalur guiding block untuk membantu tuna netra berjalan. Ada juga ramp untuk akses jalan kursi roda serta hand rail untuk pegangan tangan misalnya di kamar mandi.
Semua tampak berjalan seperti biasa hingga kami memesan satu sanger dingin, coklat hazelnut dan matcha lewat barkot yang telah tersedia di atas meja. Pesanan langsung diracik Yasir dengan sangat lihai.
Di belakangnya ada manager yang memantau. Kemampuan Yasir sebagai barista tak perlu diragukan, Ia tampak teliti menakar seluruh bahan, meski lupa untuk melakukan shake pada matcha dan coklatnya.
Sang manager kemudian mengingatkan, tapi uniknya tak ada suara yang terdengar dari perbincangan mereka. Sebab, keduanya sedang bertutur dalam bahasa isyarat dengan menggerakkan jari-jari tangan. “Barista kami, Yasir penyandang disabiltas tunarungu,” ujar Manager Inklusi Coffee Rizki Novanda kepada Tobasatu.com.
Minuman yang siap diracik, diantarkan langsung oleh Yasir. Pria yang tinggal di Dusun Pasar Batu, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang itu memegang dagunya dengan jari-jari lurus dan kemudian ditarik menjauh menjadi isyarat untuk mengucapkan terima kasih. “Itu artinya terima kasih,” ujar Tri Hariwibowo, guru SLB Negeri Pembina Aceh Tamiang yang saat itu juga berada di Inklusi Coffee membantu menerjemahkan.
Kami pun membalasnya dengan mengepal tangan sembari memperlihatkan ibu jari dan kelingking kemudian digerak-gerakkan sebagai ucapan terima kasih kembali. Yasir membalas dengan senyuman ramah.
Lewat Tri Hariwibowo, kami menyapa Yasir lebih dekat. Anak kelima dari enam bersaudara pasangan Rohana dan Almarhum Hasbi ini mengaku telah menjadi barista di Inklusi Coffee sejak awal cafe ini dibuka tahun 2022 oleh PT Pertamina EP Rantau Field sebagai bagian dari Program Rumah Kreatif Tamiang.
Sebelum dibuka, bapak dari dua orang balita ini mengikuti pelatihan selama beberapa bulan. “Awalnya saya dulu dikenalkan oleh teman kerja saya dengan pihak pertamina, lalu ditawarkan untuk belajar membuat kopi,” ujar Yasir diterjemahkan Tri Hariwibowo.
Suami dari Nurasikki ini pun langsung menerima tawaran tersebut. Memiliki istri dan dua anak membuat Yasir lebih bersemangat untuk mencari pekerjaan tambahan sebab gaji yang diterima dari bersih-bersih di SLB Negeri Pembina Tamiang tidak mencukupi untuk membayar semua kebutuhan hidup sehari-hari.
“Saat itu saya merasa senang dan bahagia karena dapat menambah penghasilan untuk keluarga,” ujarnya diterjemahkan.
Yasir mengaku setelah bekerja di Inklusi Coffee, Ia semakin percaya diri dan disiplin. “Saya senang karena bekerja bersama teman, saya punya teman baru dan saya bisa belajar disiplin,” kata Yasir lagi.
Yasir menolak untuk menjadi Tunarungu yang hanya jadi sumber cerita haru. Setelah menjadi barista, Ia berharap tak ada lagi rasa kasihan yang selalu ditunjukkan kepadanya. Semangatnya menggerus batas halangan antara dirinya dan orang normal. Ia ingin jadi anak yang mandiri, suami dan ayah yang bertanggungjawab.
Yasir merasa senang dengan pekerjaannya sebagai barista di Inklusi Coffee, setiap minuman yang Ia buat jadi isyarat bahwa ia sudah ‘Berdaya’.
Ia pun berharap teman-temannya sesama tunarungu bisa mendapat kesempatan yang sama. “Kepada Pertamina saya ucapkan terima kasih banyak karena sudah memperkerjakan tunarungu seperti saya dan teman-teman. Semoga teman-teman tunarungu lainnya punya kesempatan yang sama,” tutup Yasir.
Sementara itu Rizki Novanda mengaku Yasir telah menguasai semua cara pembuatan kopi dan minuman lainnya, kecuali satu yakni latte art adalah seni melukis di atas kopi.
“Yasir sudah bisa meracik semua jenis minuman yang dijual. Dramasi takaran sendok sudah dikuasai, semua jenis kopi dia sudah bisa kecuali Latte Art karena dia gak bisa dengar jadi ketika susu itu distim, tekanan uapnyakan itukan dia gak tahu, dia gak dengar,” ujarnya.
Rizki mengaku hasil tangan Yasir belum pernah mendapatkan komplain dari pelanggan. Hanya saja, saat pesanan ramai Yasir suka grogi hingga lupa cara menyajikannya apakah minuman itu harus dishake atau hanya diaduk pakai sendok.“Makanya yah saya tetap harus standby untuk mantau, kalau takaran gak pernah salah,” ujar Rizki sembari mengatakan Yasir selalu semangat dalam bekerja.
Pekerjakan Tiga Karyawan Difabel, Inklusi Coffee Kini Mandiri
Di awal berjalannya Inklusi Coffee pada tahun 2022 lalu, lanjut Rizki kopi shop ini dibiayai full oleh PT Pertamina EP Rantau Field atau perusahaan migas yang berinduk ke Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 1. Berjalannya waktu, Inklusi Coffee kini sudah mandiri dan bisa membiayai semua kebutuhan hingga gaji karyawannya sendiri.
“Semua dibiayai full Pertamina di awal, tapi sudah berjalan setahun lebih ini segala sesuatu pengeluaran kita putar dari penjualan. Pembukuan saya semua yang urus jadi tahu omset naik atau turun, semua sudah mandiri jadi harus tahu bagaimana agar omset bisa naik,” ujar Rizki.
Rizki sendiri sebelumnya sudah bergelut di dunia kopi sejak tahun 2009 dan bekerja di Malaysia. Tahun 2021, ia memilih balik ke kampung halaman di Aceh Tamiang dan bergabung di salah satu kopi shop di sana.
“Saya sekolah kopi 2009 di Malaysia. Tahun 2021 saya pulang kampung bergabung di salah satu kopi shop di sini, dan akhirnya di tahun yang sama ditawari Pertamina untuk ikut melatih teman-teman difabel menjadi barista hingga akhirnya diminta untuk mengelolah Inklusi Coffee,” ujar Rizki mengisahkan.
Rizki mengaku sempat pesimis, karena ini menjadi pengalaman perdananya berinteraksi dengan teman-teman difabel khususnya tunarungu. “Saya sama sekali tidak tahu bahasa isyarat, sempat pusing dan pesimis tapi ada teman bilang kalau bisa mengatasi masalah di sini, pasti akan mudah untuk mengatasi masalah-masalah lainnya di luar sana. Saya merasa semakin tertantang dan akhirnya alhamdulilah sekarang sudah merasa mudah,” ujarnya.
Di awal, Inklusi Coffee diisi oleh enam orang pekerja yang semuanya adalah penyandang tunarungu. “Tapi yang tiga sudah keluar karena alasan mau lanjut pendidikan, nikah dan lainnya. Sisa tiga lagi, satu barista Yasir dan dua waiters ayu dan maysarah,” ujar Rizki.
Dengan tiga karyawan tunarungu, Inklusi Coffee kini berjalan dengan sangat baik meski beberapa customer sempat kecewa karena saat memanggil waiters tidak ditanggapi. “Pelanggan tahu konsepnya difabel, tapi mereka tahunya difabel itu cacat fisik gak ngerti sampe tunarungu. Jadi saat butuh apa-apa panggil waitersnya gak dengar jadi kesannya sombong, dipanggil gak lihat. Saya jelaskan satu-satu ke meja baru mereka paham,” jelasnya.
Saat pelanggan ramai, Rizki mengaku sering memperkerjakan karyawan part time non difabel. “Kalau ramai, kita panggil orang kerja part time untuk bantu. Alhamdulilah sampai saat ini semua berjalan lancar,” ujar Rizki sembari mengatakan saat ini Inklusi Coffee hanya menjual minuman dan snack atau makanan ringan.
Inklusi Coffee, Lawan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Difabel
Communication Relations & CID Officer PHR Zona 1 Nurseno Dwi Putranto menyampaikan Pertamina EP Rantau menginisiasi Inklusi Coffee pada tahun 2022 sebagai program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dirancang untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Sebelumnya ada Bengkel Difabel yang berdiri di tahun 2021 di area yang sama, area Rumah Kreatif Tamiang. “Kami memulai program untuk difabel sejak tahun 2021, berangkat dari isu sosial di Aceh Tamiang ini yang ternyata angka difabelnya tertinggi kedua di Provinsi Aceh,” ujarnya.
Sehingga, lanjut Nurseno, pihaknya melalui Pertamina EP Rantau memiliki komitmen menjalankan program CSR yang harapannya bisa berkontribusi pada pengembangan masyarakat khususnya kelompok rentan, penyandang disabilitas.
“Dukungan pengembangan kepada penyandang disabilitas ini juga sekaligus menjadikan masyarakat yang inklusif, dalam hal ini turut membantu mengurangi stigma atau diskriminasi kepada kaum difabel yang ada di masyarakat,” ujarnya.
Melalui program ini, pihaknya berharap adanya penambahan kapasitas atau kemampuan dari penyandang disabilitas dan pemenuhan ruang ramah inklusi dan aman dalam penyediaan fasilitas publik. “Kami berharap juga ada peningkatan pendapatan untuk anggota kelompok difabel,” katanya.
PHR Zona 1 melalui Pertamina EP Rantau Field, lanjutnya juga mendorong adanya partisipasi aktif dari para penyandang disabilitas di berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi dan budaya untuk menciptakan masyarakat yang inklusi.
Nurseno mengaku pihaknya mengapresiasi Inklusi Coffee dan Bengkel Difabel yang sudah mandiri. “Meski keduanya sudah mandiri, kami tetap melakukan monitoring dan evaluasi. Kami tetap memberi bantuan yang tujuan bantuannya mengkoneksikan dengan para stakeholder dan pemerintah sehingga pendampingan untuk program ini bisa berjalan terus,” katanya.
Program Inklusi Coffee ini, adalah satu dari beberapa program yang berinduk pada Rumah Kreatif Tamiang yang sudah banyak menerima berbagai penghargaan. Terbaru, Pertamina EP Rantau menyabet Gold di Kategori Gender Equality Social Inclusion, dari Indonesia Social Responsibility Awards (ISRA) 2024. Penghargaan ini diterima karena basis program CSR Pertamina EP Rantau berfokus pada peningkatan ekonomi.
Sebelumnya, Rumah Kreatif Tamiang juga menerima Penghargaan Best and Inspiring CSR dan Penghargaan Platinum Kategori Dampak Sosial pada Proving League 2023 dan masih banyak lainnya.
Pelatihan untuk penyandang disabilitas, lanjut Nurseno akan terus dilakukan dan pihaknya berharap teman-teman yang telah mendapatkan pelatihan bisa melakukan replikasi. “Tentunya pelatihan masih kita lakukan, harapannya teman-teman melakukan replikasi keluar Aceh Tamiang melibatkan teman difabel lain yang belum sempat kita dampingi,” katanya. (***)