Beredar Foto Pernikahan Sejenis di Bali

723
Foto pernikahan sejenis yang beredar di media sosial ini mengambil lokasi di Bali. Pernikahan antara pasangan homo ini mendapat kecaman banyak pihak. (ist)

tobasatu | Foto-foto pernikahan sejenis yang diduga dilakukan di sebuah hotel di Ubud, Gianyar Bali menjadi perbincangan hangat. Pernikahan sejenis yang diduga dilakukan oleh warga asing dan lokal ini menuai protes.

Menurut salah satu warga Gianyar, Ni Ketut Karni (27), pernikahan itu jelas melanggar norma agama dan adat serta hukum yang ada di Indonesia.

“Pada dasarnya kita mengenal pernikahan itu heterogen, bukan homo atau sesama jenis. Budaya kita orang timur terutama Bali tidak mendukung adanya pernikahan dengan sesama jenis,” jelasnya, di Denpasar, Rabu (16/9/2015).

Diakuinya, Bali jadi tujuan destinasi pariwasita, tetapi perbuatan tersebut membuat Bali menjadi sangat bahaya.

Sedangkan salah satu aktifis di Bali, Siti Sapurah, mengatakan tidak setuju dan tidak sepakat adanya pernikahan sejenis dilakukan di Indonesia terutama di Bali.

Dia mengatakan, Tuhan sudah menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan dan memiliki alat kelamin yang berbeda.

“Saya tidak setuju bagaimana pun Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasang, ada laki-laki dan ada perempuan. Apa jadinya kalau pernikahan sejenis itu dilakukan,” terangnya, di Denpasar, Rabu (16/9/2015).

Dengan adanya pernikahan sejenis, sambung Siti, masyarakat harus berpikir juga bahwa di setiap agama apapun tidak memperbolehkan umatnya untuk melakukan pernikahan sesama sejenis.

“Di setiap agama pasti melarang hal itu, apalagi di Bali jelas adat dan budaya Bali juga menolak adanya hal itu,” ungkapnya.

Aktifis perempuan yang sekaligus menjadi juru bicara Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Denpasar itu menerangkan, lahirnya komunitas pernikahan sejenis itu berawal dari pola asuh sejak kecil yang salah. Selain itu, juga karena masyarakat yang kurang berempati dengan mereka sehingga menyebabkan adanya pernikahan sejenis.

“Kami rasa itu awal mulanya pernikahan sejenis, sehingga mereka mencintai sesama jenisnya. Lebih luas lagi mereka ada rasa frustasi terhadap lawan jenisnya, itu yang kami lihat di lapangan,” ungkapnya. (ts-04)